Mimpi

Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi. Jadilah seperti yang kamu inginkan, kerna kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

Tuesday, December 28, 2010

Peranan IQ, EQ, dan SQ dalam Mencapai Kesuksesan


Peranan IQ, EQ, dan SQ dalam Mencapai Kesuksesan
Sudah sering kita mendengar istilah IQ, EQ dan SQ. Namun sedikit di antara kita yang mencoba untuk mengetahui apakah yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, pada edisi ini, kami mencoba untuk sedikit menguraikan tentang peranan IQ, EQ dan SQ dalam mencapai kesuksesan.

IQ adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.
Semua itu sah-sah saja, namun kita semua tahu bahwa orang bisa saja mendapatkan hasil uji IQ yang tinggi, tapi mereka tidak berhasil dalam kehidupan pribadi maupun pekerjaan. Mereka sering mengesalkan orang lain;kesuksesan kiranya hanya tinggal mimpi. Biasanya mereka tidak tahu penyebabnya
.
Alasannya adalah karena mereka kurang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang dijelaskan oleh berbagai macam definisi. Singkatnya, EQ adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan didunia yang rumit, aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari. Dalam bahasa sehari-hari, EQ disebut sebagai akal sehat.

Pentingnya IQ dan EQ dalam mencapai kesuksesan ini dibuktikan oleh para pelaku terbaik sejarah manusia bumi, diantaranya adalah Bill Gates, orang terkaya di dunia, sang pemilik royalti Microsoft, Larry Ellison CEO of Oracle orang terkaya nomor dua, Michael Dell CEO dari DEL Corp., orang terkaya nomor tiga dan masih banyak lagi. Sepintas kita dibuat takjub oleh keunggulan kekuatan IQ dan EQ manusia. Namun ketakjuban itu tak berlangsung lama. Kita kembali tersentak oleh hasil akhir teori IQ dan EQ. bukankah semuanya hanya berorientasi kebendaan dan hubungan antar manusia semata? tiadakah teori lain yang dapat melahirkan sebuah muara selain hanya materi dan hubungan antara manusia? Bukankah hanya mengejar kebendaan, berarti hanya mencakup satu tujuan saja, yaitu amaliyah duniawi yang manifes, aktual dan fana?
Munculah teori SQ.

SQ (kecerdasan spiritual), yang merupakan temuan terkini secara ilmiah, pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University melalui riset yang sangat komprehensif. Pembuktian ilmiah tentang SQ diantaranya adalah : pertama, riset ahli psikologi/syaraf, Michael Persinger pada awal tahun 1990-an, dan lebih mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V.S Ramachandran dan timnya dari California University, yang menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia. Ini sudah built-in sebagai pusat spiritual yang terletak diantara jaringan syaraf manusia.

Sedangkan bukti kedua adalah riset ahli syaraf Austria, Wolf Singer pada era 1990-an yang menunjukkan adanya proses syaraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan syaraf yang secara literal "mengikat" pengalaman kita secara bersama untuk "hidup bermakna”" Pada God-Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah manusia yang terdalam.

Akan tetapi SQ dari barat tersebut belum atau bahkan menjangkau ketuhanan. Pembahasannya baru sebatas tataran biologi atau psikologi semata, tidak bersifat transedental. Akibatnya kita masih merasakan adanya "kebuntuan"
Maka muncullah teori ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), dan kita patut bersyukur karena teori ini ditemukan di Indonesia oleh Ary Ginanjar Agustian beberapa tahun yang lalu. Beliau mengatakan bahwa kebenaran sejati, sebenarnya terletak pada suara hati yang bersumber dari Spiritual Center ini, yang tidak bisa ditipu oleh oleh siapapun, atau oleh apapun, termasuk diri kita sendiri. Hal ini digambarkan beliau dalam ESQ model® berdasarkan Rukun Islam dan Rukun Iman.
Esensi dari teori ESQ ini adalah :
1. Kita bisa melihat kebenaran jika emosi kita jernih. Beliau menemukan bahwa ada beberapa hal yang dapat menutupi kejernihan emosi kita yaitu: pengaruh prasangka negatif, pengaruh prinsip hidup, pengaruh pengalaman, pengaruh kepentingan & prioritas, pengaruh sudut pandang, pengaruh pembanding, dan pengaruh literatur.
2. Alam pikiran sangat berpengaruh dalam kesuksesan, dan cara membangunnya adalah melalui Rukun Iman, sehingga nantinya akan terbentuk karakter manusia yang memiliki tingkat kecerdasan emosi dan spiritual yang tinggi seperti keadaan awal fitrah manusia.
3. Perlunya pengasahan hati yang telah terbentuk melalui Rukun Islam yang terdiri atas : pernyataan misi melalui dua kalimat Syahadat, pembangunan karakter melalui Shalat, pengontrolan diri melalui Puasa, Hubungan sosial melalui Zakat dan total aksi melalui Haji. Hal ini dilakukan secara sistematis.
Demikian sedikit bahasan tentang IQ, EQ dan SQ. Semoga kita dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan kita, sehingga kita mendapat ridho dan hidayah-nya dalam mengarungi samudra kehidupan ini. Amin Ya Robbal Alamin…

No comments:

Post a Comment